Kau terlambat, walau aku hanya mengucap kelakar. Dua jam sebelum keberangkatan, kita tidak duduk berdampingan. Kutaruh di sampingmu barang bawaan, agar kau kian awas. Namun keadaan bus yang lengang membawamu ke dunia tanpa teman.
Tak ada tawamu di segelas kopi pahit sepuluh ribuan. Melihatku, kau tersenyum dengan ekspresi ketidaksukaan. Mengapa pilihanku terasa salah, hanya karena dua cincau hijau yang hadir di meja makan? Bahkan di antara puluhan roti yang berbicara, kita tak pernah menyangka. Bahwa di dalam adonan seharga minuman, ada keju yang tak terukur kepadatannya.
Saat kita pergi menjauh, puluhan lantai bertambah di atas gedung empat tingkat. Seseorang berbaju kuning menuntunmu menyeberang jalan. Dan setelah pergi ke sisi lain, hanya dua sambal sachet yang kubawa pulang.
27 Oktober 2022